KISAH DAUN
Orang-orang memanggilku daun
karena aku sering mengoleksi dedaunan sebagai lembaran pembatas buku yang aku baca.
Untuk menjadi Daun, aku harus memiliki kekuatan hati yang luar biasa. Mengapa
demikian ? itu semua karena Pohon. Aku mengenal
Pohon selama 3 tahun. Aku tahu semua tentangnya, kebiasaannya, makanan
yang dia suka, namun perasaannya padaku ? aku tidak pernah tahu.
Kami sering
melakukan kegiatan dan bersenda gurau bersama. Ketika suatu hari Pohon memiliki
seorang kekasih untuk pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang
tidak biasa. Perasaan ini seperti layaknya 1 kilogram buah lemon segar yang
tiba-tiba menjadi busuk dalam waktu sekejap.
Aku berusaha menyembunyikan perasaan yang tidak biasa ini dan bersikap
tenang seperti biasanya kepada Pohon.
Suatu hari ketika Pohon memutuskan berpisah dengan kekasih pertamanya, aku menyembunyikan
perasaan yang luar biasa senangnya. Namun selang
sebulan kemudian, Pohon menjalin hubungan dengan orang lain. Aku tahu
kekasihnya tidak menyukai kehadiranku, hingga pada suatu hari aku terlibat
perang dingin dengan kekasihnya. Tetapi…Pohon tetap membela kekasihnya dan
pergi meninggalkanku. Aku berlari ke taman belakang sekolah dan menangis
sendirian. Keesokan harinya Pohon menghampiriku kembali dan kami bersenda gurau
seperti biasanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Aku sering duduk memperhatikan Pohon bermain bola dilapangan sekolah, namun
suatu hari seseorang menghampiriku. Sudah 1 bulan ini, dia mendekatiku dan tak
pernah lelah mengirimkan pesan singkat ke ponselku setiap hari meskipun aku
hanya membalas dengan seadanya. Dia seperti Angin. Angin yang gigih dan berusaha membawa Daun
pergi dari Pohon ke tempat yang jauh lebih baik. Aku mulai berfikir untuk mulai
mebuka sedikit ruang untuk Angin, hingga pada suatu hari untuk kesekian kalinya
Angin bertanya padaku “apakah masih ada
ruang untukku?” Aku hanya merunduk. Angin dengan pesimis menatapku. Aku
menghela nafas panjang, dan mengangguk sambil tersenyum kecil. Angin segera
memelukku dengan bahagianya dan berkata “terima
kasih”.
Keesokan harinya, Pohon mengajakku untuk bertemu karena ada yang ingin dia
ceritakan padaku, begitupun aku yang ingin bercerita padanya. Ketika bertemu,
Pohon mulai bercerita tentang bahwa dia baru saja berpisah dengan kekasihnya. Kemudian
akupun bercerita bahwa aku baru memulai hubungan dengan Angin. Pohon hanya
tersenyum kecil dan berkata “semoga dia
yang terbaik untukmu”. Sesampainya dirumah, aku mengirimkan sms pada Pohon
yang berupa pertanyaan “Daun pergi karena Angin bertiup atau karena
Pohon tidak memintanya untuk tinggal ?”. Namun…tak
ada sepatah katapun yang dapat dijawab
oleh Pohon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar